Sabtu, 15 Juni 2013

Askep Bedah (Fraktur Femur + Fraktur Antebrachii)



BAB  II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Medis Fraktur
2.1.1 Pengertaian
1.      Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer, 2000)
2.      Fraktur femur adalah diskontinuitas (fraktur) pada tulang femur yang mengenai  bagian shaft atau diafase tulang femur (Grenshaw, 2002)
3.      Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang terbesar dan terkuat pada tubuh (Brooker, 2001)
Gambar 2.1.1 Fraktur Femur
4.      Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontiniutas tulang radius ulna, gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi fragmen tulang (Manjoer Arif et all, 2000)
Gambar 2.1.2 Fraktur Antebrachii
2.1.2 Etiologi
2.2.2.1 Trauma (Sains,2012 :60)
1.   Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
2.      Trauma tidak langsung
Trauma tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3.      Fraktur Patologis: terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis didalam tulang (Muttaqin,2008 : 70).

2.1.3 Klasifikasi Fraktur Femur
2.1.3.1  Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul
a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femur
b. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femur
c. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur
2.1.3.2Fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggul
a. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minor
b. Fraktur intertrokanter
c. Fraktur subtrokanter
2.1.3.3 Fraktur Kolum Femur
Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaankaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter. Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan. Standar pemeriksaan radiologi untuk fraktur kolum femur adalah rontgen pinggul dan pelvis anteroposterior dan cross-table lateral.
Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut :
a. Grade I    : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)
b. Grade II  : Fraktur lengkap tanpa pergeseran
c. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment)
d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian
                       segmen yang bersinggungan
Gambar 2.1.3.1 Klasifikasi Gardens untuk fraktur column femur

Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak, yaitu:
a. Tipe I   : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal
                  pada posisi tegak
b. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada
                  posisi tegak
c. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal pada posisi  tegak.
Gambar 2.1.3.2 Klasifikasi untuk fraktur Kolum Femur

2.1.3.4 Fraktur Intertrokanter Femur
Fraktur intertrokanter bersifat ekstrakapsular. Bagian dari panggul yang termasuk
intertrokanter adalah distal dari leher femur sampai trokanter minor

2.1.4 Klasifikasi Fraktur Antebarachii
Pembagian fraktur antebrachii menurut Mansjoer (2000)
1)      Fraktur CollesDeformitas pada fraktur ini berbentuk seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi,tubuh beserta lengan berputar ke dalam (endorotasi). Tangan terbukaterfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi supinasi).
2)      Fraktur Smith.Fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering disebut reversecolles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuhdengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam keadaan volarfleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.
3)      Fraktur Galeazzi.Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius radius ulna distal. Saatpasien jatuh dengan tangan terbuka yang menahan badan, terjadi pularotasi lengan bawah dalam posisi pronasi waktu menahan berat badanyang memberi gaya supinasi.
4)      Fraktur Montegia.Fraktur sepertiga proksimal ulna disertai dislokasi sendi radius ulnaproksimal
2.1.5 Tanda Dan Gejala
Adapun tanda dan gejala dari fraktur menurut Smeltzer & Bare (2001) antara lain:

1)      Deformitas
2)      Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti :
a.       Rotasi pemendekan tulang
b.      Penekanan tulang
3)      Bengkak
4)      Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
5)      Ekimosis dari perdarahan subculaneous
6)      Spasme otot, spasme involunters dekat fraktur
7)      Tenderness
8)      Nyeri mungkin disebabkan oleh spame otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
9)      Kehilangan sensani (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/ perdarahan).
10)  Pergerakan abnormal
11)  Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
12)  Krepitasi














2.1.7 Penatalaksanaan Fraktur Femur
Adapun prinsip penanganan fraktur femur menurut Smeltzer & Bare (2001) meliputi :
a.    Reduksi fraktur
1)      Reduksi Fraktur Femur
Penyambungan kembali tulang penting dilakukan agar posisi dan rentang gerak normal pulih. Sebagian besar reduksi dapat dilakukan tanpa intervensi bedah (reduksi tertutup). Pada kebanyakan kasus reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang keposisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Dan apabila diperlukan tindakan bedah (reduksi terbuka) dengan pendekatan bedah fragmen tulang di reduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, skrup, plat, paku  atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang sulit terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau dipasang melalui fragmen tulang atau langsung kerongga sum sum tulang. Alat tersebut menjaga aproksimasi dan fiksasi yang kuat bagi fragmen tulang.
2)      Imobilisasi Fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fraktur tulang harus di imobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi dan kesejajarannya yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, atau fiksator eksterna. Implant logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
3)      Fisioterapi dan mobilisasi
Fisioterapi dilakukan untuk mempertahankan supaya otot tidak mengecil dan setelah fraktur mulai sembuh mobilisasi sendi dapat dimulai sampai ekstremitas betul betul telah kembali normal.
2.1.8        Penatalaksanaan Fraktur Antebrachii (Mansjoer, 2000)
1)         Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum, kemudian   imobilisasi dengan gips (long arm cast). Posisi antebrachii tergantung letak fraktur, pada fraktur antebrachii 1/3 proksimal diletakkan dalam posisi supinasi 1/3 tengah dalam posisi netral, dan 1/3 distal dalam posisi pronasi. Gips supinasi gips dipertahankan 4-6 minggu.
2)         Bila reposisi tertutup tidak berhasil (angulasi lebih dari 100 pada  semua arah) maka dilakukan internal fiksasi.
3)         Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan “debridement” kemudian dilakukan tindakan seperti diatas. Sedangkan pada fraktur terbuka derajat III dilakukan eksternal fiksasi.
2.1.9 Komplikasi
Adapun komplikasi dari fraktur (Smeltzer & Bare, 2001) yaitu :
Komplikasi segera (immediate), komplikasi yang terjadi segera setelah fraktur antara lain syok neurogenik, kerusakan organ, kerusakan syaraf, injuri atau perlukaan kulit.
1)      Early Complication
Dapat terjadi seperti : osteomelitis, emboli, nekrosis, dan syndrome compartemen.
2)      Late Complication
Sedangkan komplikasi lanjut yang dapat terjadi antara lain stiffnes (kaku sendi), degenerasi sendi, penyembuhan tulang terganggu (malunion).
2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik
1.      Radiografi pada dua bidang (untuk mencari lusensi dan diskuntinuitas pada korteks tulang)
2.      Tomografi, CT scan, MRI ( jarang dilakukan)
3.      Ultrasonografi dan scan tulang dengan radioisotop ( scan tulang terutama berguna ketika radiografi/ Ct scan memberikan hasil negatif pada kecurigaan fraktur secara klinis)
Pemeriksaan Laboratorium (Sains,2012 :95)
a.       Hitung darah lengkap : HB mungkin meningkat/menurun.
b.      Kreatinin : traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.
c.       Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple, atau cederah hati.
2.1.11 Asuhan Keperwatan
1. Pengkajian
Identitas
Meliputi usia ( kebanyakan terjadi pada usia muda), jenis kelamin ( kebanyakan terjadi pada laki-laki biasanya  sering mengebut saat  mengendarai motor tanpa menggunakan helm).
Keluhan utama,
 Nyeri akibat dari post operasi fraktur femur dan fraktur antebrachii
Riwayat penyakit sekarang.
Biasanya klien datang dengan keluhan jatuh atau trauma lain
Riwayat penyakit dahulu.
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit Paget  menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka dikaki sangat beresiko mengalami osteomilitis akut dan kronis dan penyakit diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.
Riwayat penyakit keluarga.
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang adalah faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang diturunkan secara genetic
Riwayat psikososial spiritual
Takut, cemas, terbatasnya aktivitas.
Pemeriksaan Fisik
Pre Operasi
B1 (breathing), Pada pemeriksaan sistem pernapasan tidak mengalami gangguan
B2 (blood)Pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler, dapat terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi dan respirasi  oleh karena nyeri , peningkatan suhu tubuh karena terjadi infeksi terutama pada fraktur terbuka
B3 (brain)Tingkat kesadaran  biasanya komposmentis
B4 (bladder), Biasanya klien fraktur tidak mengalami kelainan pada sistem ini.
B5 (bowel), Pemenuhan nutrisi dan bising usus  biasanya normal, pola defekasi tidak ada kelainan
B6 (bone), Adanya deformitas, adanya nyeri tekan pada daerah trauma,
Post Operasi
B1 (breathing), biasanya terjadi reflek batuk tidak efektif sehingga terjadi penurunan akumulasi secret, bisa terjadi apneu, lidah kebelakang akibat general anastesi, RR meningkat karena nyeri
B2 (blood) Pada pemeriksaan sistem kardiovaskuler, dapat terjadi peningkatan tekanan darah, peningkatan nadi dan respirasi  oleh karena nyeri , peningkatan suhu tubuh karena terjadi infeksi terutama pada proses pembedahan.
B3 (brain) Dapat terjadi penurunan kesadaran akibat tindakan anastesi, nyeri akibat pembedahan
B4 (bladder) Biasanya karena general anastesi terjadi retensi urin
B5 (bowel) Akibat dari general anastesi terjadi penurunan peristaltik
B6 (bone) Akibat pembedahan klien mengalami gangguan mobilitas fisik.
2. Diagnosa
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
Definisi :
Keadaan ketika individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespons terhadap ransangan yang berbahaya
Batasan Karakteristik
Mayor :
individu memperlihatkan atau melaporkan ketidaknyamanan ( mis., nyeri, mual, muntah, pruritus )
Minor :
Respons autonom pada nyeri akut
-            Tekanan darah meningkat
-            Nadi meningkat
-            Pernapasan meningkat
-            Diaforesis
-            Pupil dilatasi
Posisi berhati – hati
Raut wajah kesakitan
Menangis , merintih
Faktor yang berhubungan
Tindakan yang berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat operasi/pembedahan, pemasangan plat
2. Hambatan Mobilitas Fisik
Definisi :
Keadaan ketika seorang individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan fisik, tetapi bukan immobile 
Batasan Karakteristik
Mayor : 
Penurunan kemampuan untuk bergerak dengan sengaja dalam lingkungan ( mis., mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi )
Minor :
-            Pembatasan pergerakan yang dipaksakan
-            Enggan untuk bergerak
Faktor yang berhubungan
Tindakan yang berhubungan dengan pemasangan ORIF
3. Ansietas
Definisi :
Keadaan ketika individu / kelompok mengalami perasaan gelisah ( penilaian atau opini ) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons terhadap ancaman tidak jelas, non spesifik
Batasan Karakteristik
Mayor :
Dimanifestasikan oleh gejala – gejala dari tiga kategori : fisiologis, emosional, dan kognitif. Gejala bervariasi sesuai dengan tingkat ansietas
Minor :
-          Fisiologis
Peningkatan frekuensi jantung
Peningkatan tekanan darah
Peningkatan frekuensi pernapasan
Diaforesis
Dilatasi pupil
Gelisah
-          Emosional
Individu menyatakan bahwa ia merasakan :
Ketakutan, ketidakberdayaan, tidak dapat rileks
Individu memperlihatkan :
Peka ransang / tidak sabar, menari diri
-          Kognitif
Tidak dapat berkonsentrasi, mudah lupa, terlalu perhatian
Faktor yang berhubungan
Ancaman integritas biologis aktual atau dirasa sekunder akibat pemasangan ORIF, perubahan status sosioekonomi
4. Resiko tinggi infeksi
Definisi :
Keadaan ketika seorang individu berisiko terserang agens patogenik atau oportunistik ( virus,jamur,protozoa, atau parasit lain ) dari sumber – sumber eksternal, sumber – sumber endogen atau eksogen
Batasan Karakteristik
Adanya faktor – faktor risiko
Faktor yang Berhubungan
Tempat masuknya organisme sekunder atau port de entry kuman akibat pembedahan
5. Resiko tinggi cedera
Definisi :
Keadaan ketika seorang individu berisiko mendapat bahaya karena defisit perseptual atau fisiologis, kurangnya kesadaran tentang bahaya, atau usia lanjut
Batasan Karakteristik
Adanya faktor – faktor risiko
Faktor yang berhubungan
Efek dari anestesi pada mobilitas

3.Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Tujuan
Intervensi
Rasional
Nyeri berhubungan dengan tindakan invasif pembedahan , pemasangan plat
Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi setelah dilakukan tindakan pemasangan plat
Kriteria hasil:
-       Klien melaporkan nyeri berkurang atau dapat diatasi
-       Ekspresi wajah tidak menyeringai karena nyeri
-       Skala nyeri 0-1
-       TTV dalam batas  normal
·         TD 110/70 -130/90 mmHg
·         Nadi 60-100x/menit
·         RR 12-20x/mnt


1.Beri penjelasan  tentang penyebab nyeri 
2.Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi
3. Berikan posisi yang nyaman
4.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
5.Observasi keluhan nyeri, tensi, nadi, respirasi, skala nyeri

1. Akibat pembedahan terjadi trauma jaringan sehingga terjadi pelepasan mediator kimia yaitu prostaglandin, bradikinin dan histamin yang kemudian berikatan dengan nosiceptor sehingga menimbulkan sensasi nyeri.
2.- Relaksasi: meningkatkan sekresi endorphin dan enkafelin pada sel inhibitor kornu dorsalis medulla spinalis yang dapat menghambat transmisi nyeri
-     Distraksi: meningkatkan aktifitas dalam sistem kontrol pada tulang untuk mencegah transmisi terus menerus stimulus nyeri ke otak 
3.Merelaksasikan semua jaringan sehingga mengurangi nyeri
4. Analgesik menekan sistem syaraf pusat pada talamus dan korteks cerebri
5. Nyeri merupakan respon subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri, tanda, tanda vital dapat meningkat dengan adanya nyeri
Gangguan keterbatasan aktivitas fisik berhubungan dengan pemasangan plat

Klien mampu melaksanakan aktifitas sehari – hari
Dengan kriteria:

-       Klien dapat ikut serta dalam program latihan ROM
- Kekuatan otot bertambah

1.Beri penjelasan penyebab gangguan keterbatasan aktivitas fisik

2. Bantu dan motivasi klien dalam pemenuhan kebutuha ADL (hygiene perseorangan dan nutrisi)




3. Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya


4. Observasi kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kegiatan sehari-hari



1.Kekuatan otot belum pulih sempurna pasca tindakan pemasangan plat sehingga ektremitas atas yang mengalami trauma tidak dapat digerakkan dengan maksimal
2.Membantu memenuhi kebutuhan pasien mengurangi ketergantungan dan meningkatkan masa pemulihan, hygiene personal untuk kenyamanan dan sirkulasi, nutrisi untuk regenerasi sel
3. Meningkatkan perasaan makna diri, kemandirian dan mendorong pasien berusaha secara bertahap

4. Membantu dalam mengantisipasi atau merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual

Ansietas yang berhubungan dengan  status ekonomi

Klien dapat memahami dan menerima kondisinya setelah dilakukan tindakan perawatan 
Kriteria hasil:
-  Klien dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya
Klien menyatakan ansietas berkurang atau hilang
1.Jelaskan alasan tindakan pembedahan  dan manfaat pembedahan
2. Libatkan keluarga dan tenaga medis  dalam memberikan dukungan emosional
3.pantau respon kecemasan baik melalui
ungkapan maupun tanda-tanda  fisik seperti palpitasi, takikardia
1. Pemahaman yang benar tentang tujuan tindakan pembedahan memungkinkan klien lebih kooperatif dan mengurangi kecemasan
2. Dukungan emosional akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi klien
3. Membantu menentukan derajat cemas
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya port de entry kuman akibat luka operasi
Infeksi tidak terjadi selama perawatan
Kriteria Hasil
-Luka operasi bersih
-   Tidak ada tanda-tanda infeksi
-   Suhu tubuh dalam batas normal 36ᴼC-37,4ᴼC
Pemeriksaan laboratorium: Leukosit dalam batas normal 4500-10000
1. Jelaskan kepada pasien masalah yang dapat terjadi bila luka tidak terawat dengan baik yaitu infeksi
2. Pertahankan hidrasi dan nutrisi yang adekuat
3.Lakukan perawatan luka secara steril
4.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik sesuai indikasi
5. Pantau luka operasi setiap hari
6. Observasi tanda dan gejala infeksi,  keluhan dan TTV (suhu, nadi)
1. Infeksi terjadi karena masuknya mikroorganisme sekunder akibat adanya luka terbuka
2. Membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit dan mengurangi resiko infeksi akibat sekresi yang stasis
3. Tehnik perawatan luka secara steril dapat mengurangi kontaminasi kuman
4. Menghambat perkembangan dan pertumbuhan kuman 
5. Mendeteksi secara dini gejala-gejala inflamasi yang mungkin timbul sebagai dampak adanya luka bekas operasi
6. Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi,  peningkatan suhu dan nadi pembengkakan sebagai indicator adanya infeksi.

Resiko tinggi cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran akibat efek anestesi
Klien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil :
-klien tidak jatuh
-pagar samping tempat tidur klien terpasang
1.jelaskan kepada klien dan keluarga tentang efek anestesi
2.pagar samping tempat tidur klien terkunci
3.anjurkan keluarga untuk mendampingi klien 1x24 jam setelah tindakan pembedahan
1.anestesi dapat menurunkan kesadaran klien
2.menjaga keamanan klien
3. membantu dalam mengantisipasi cedera 
 




DAFTAR PUSTAKA
Doenges. M.E; Moorhouse. M.F; Geissler. A.C. (1999) alih bahasa Monica  Ester.. Rencana Asuhan    Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A. (2002). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif (et. al). (2000). Kapita Selekta Kedokteran. (edisi 3). Jakarta : Media Aesculapius.
Muttaqim, Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien gangguan Sistem  Muskuloskeletal. Jakarta.EGC

Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC
Sjamsuhidajat, R, dkk. (2004). Buku Ajar: Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku Ajar Keperawataan Medikal Bedah Brunner  & Suddarth. Ed 8. Vol 3.alih bahasa Monica Ester.  Jakarta: EGC.
www.scribd.com › School WorkEssays & Theses , diakses tanggal  24 November 2012 jam 22.0